Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menimbulkan suasana yang membosankan dan tidak menarik, sehingga siswa yang tadinya mau belajar akan menjadi malas dan tidak semangat. Model pembelajaran yang monoton atau yang kita sebut konvensional ternyata membuat dampak yang negatif bagi siswa. Masalah ini dapat diatasi dengan cara mengganti atau mengubah model pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di kelas dengan model yang lain, yang akan membuat siswa tertarik dan bersemangat serta menjadi fokus dan konsentrasi terhadap apa yang sedang dipelajarinya. Akibat dari pemakaian model pembelajaran yang salah maka akan berdampak pula terhadap perkembangan siswa. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mencoba menanggulangi masalah yang terjadi dengan cara menggunakan model pembelajaran jenis lain yang dianggap lebih efektif dalam pembelajaran dibandingkan dengan model konvensional.
Pembelajaran
konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru.
Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan
tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan
kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses dan
pengajaran berpusat pada guru. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
konvensional lebih terpusat kepada guru yang mengajar bukan siswa. Model
pembelajaran seperti itu biasanya hanya menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab saja, sehingga kesan yang timbul adalah pembelajaran yang membosankan dan
membuat siswa jenuh bahkan mengantuk. Pembelajaran yang monoton seperti
itu tidaklah cocok dipraktikkan di kelas-kelas, mengingat pembelajaran yang
dilakukan dengan adanya aktivitas dua arah akan menghasilkan pembelajaran yang
lebih menarik dan efektif.
Model pembelajaran yang dimaksud
untuk mengatasi masalah ini adalah model pembelajaran peer teaching
(tutor sebaya) atau peer learning. Model pembelajaran peer
teaching atau peer learning ini menitikberatkan pada sharing knowledge,
sharing ideas dan sharing experience. Dengan mengganti model
pembelajaran diharapkan kualitas output yang diharapkan oleh semua pihak dapat
tercapai. Menurut Boud, et al. (2001) peer teaching atau disebut juga peer
learning adalah pembelajaran yang melibatkan murid untuk saling berbagi ide dan pengalaman
antara partisipan. Termasuk dukungan emosional satu sama lain. Istilah peer
tutoringmemiliki makna yang sama dengan peer teaching. Silberman
(2006) dalam Iva (2009) menjelaskan bahwa peer teaching merupakan salah
satu pendekatan mengajar yang menuntut seorang peserta didik mampu untuk
mengajar peserta didik lainnya. Menurut
Jarvis (2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat
pada peserta didik karena anggota suatu komunitas merencanakan dan
memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain.
II.
Tujuan dan Manfaat Peer
Learning
Tentu saja, peer
learning sendiri mempunyai tujuan dan manfaat yang berguna bagi peserta
didik. Berikut adalah tujuan dan manfaat dari peer learning secara umum :
- Memberikan umpan balik dan dukungan terhadap siswa.
- Mengatasi isolasi.
- Tidak menakutkan (siswa lebih cenderung berani untuk bertanya walaupun pertanyaan yang “bodoh”).
- Memotivasi dan meyakinkan siswa.
- Fleksible dan responsibel.
Adapun menurut beberapa
ahli (Dobos et al., 1999; Biggs, 1999; Bruffee, 1999; dan Boud et al. 2001)
manfaat dari pembelajaran peer learning ini adalah:
- Meningkatkan motivasi, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran maupun produk pengajaran.
- Sebagai outcome kognitif dan sosial dalam pembelajaran, yaitu meningkatkan level pendalaman atau pemikiran tingkat-tinggi (higher-order thinking), dan untuk mengembangkan keterampilan kerja sama (collaborative skills).
- Sebagai peningkatan rasa tanggung jawab seseorang atas upaya belajar, yaitu meningkatkan penguasaan proses belajar-mengajar dan proses pembelajaran dan konstruk-konstruk pengetahuan.
- Meningkatkan keterampilan meta-kognitif yang memungkinkan siswa untuk lebih mencerminkan pengajaran dan pembelajaran mereka secara lebih kritis. Pada gilirannya siswa dapat lebih menghargai pengalaman belajar mereka. Proses penerapan model ini dapat dilakukan di luar lingkungan kelas dalam semua konteks pembelajaran dan pengajaran.
III.
Keterbatasan Dalam Media Diskusi Melalui Mading Opini Kritikus
Selain adanya manfaat
melalui media pembelajaran ini, kami dari kelompok juga mempertimbangkan
beberapa kemungkinan yang menjadi keterbatasan dalam proses ini, yaitu :
1. Apabila kelompok jadi membuat media diskusi ini melalui mading
memerlukan beberapa proses yang panjang dan rumit.
2. Biaya yang diperlukan untuk membuat mading yang direncanakan cukup besar
terkait alat dan vahan yang diperlukan.
3. Media pembelajaran melalui mading ini memiliki kesulitan dalam
pelaksanaannya.
4. Media ini hanya dapat digunakan untuk pembahasan suatu topik yang sedang
berkembang di masyarakat.
IV.
Program
Perencanaan
Peer
learning merupakan strategi pembelajaran yang
cocok untuk pembelajaran orang dewasa (andragogy) dan self-direction.
Menurut Jarvis (2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar yang
berpusat pada peserta didik dalam suatu kelompok atau komunitas tertentu
kemudian merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya
sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara
teman sebaya yang akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar dan
dapat belajar dari perencanaan dan fasilitas dari anggta kelompok lainnya. Peer
learning adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa
belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang
tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga siswa tidak merasa begitu
terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah
teman sebayanya itu sendiri.
Sehingga dari
penjelasan tersebut, adapun program perencanaan ‘peer learning’ yang akan dibuat oleh kelompok adalah berdiskusi
dengan membahas suatu isu-isu atau fenomena yang sedang menjadi pembicaraan
hangat maupun di Indonesia sendiri atau bahkan di dunia. Kelompok berperan
sebagai pemberi isu yang akan didiskusikan dan juga sebagai penyedia media,
dimana partisipan dapat memberikan opininya mengenai isu-isu tersebut. Pembelajaran
melalui mading ini sangat membutuhkan keaktifan, pemikiran kritis, dan juga
wawasan partisipan mengenai isu-isu yang akan dibahas. Kelompok memilih untuk
membuat mading sebagai wadah peer
learning, dimana saat ini pembelajaran
melalui media ini sangatlah jarang dan menurut kelompok sangat sesuai untuk
andargogy, dan kelompok ingin memberi media pembelajaran yang juga menarik
melalui mading yang selama ini hanya bisa kita lihat tanpa bisa memberikan
opini dan akan bisa menimbulkan antusias para pembaca dalam memberikan opininya
antara satu dengan yang lain.
Berikut adalah alat dan bahan yang diperlukan dalam media
pembelajaran mading :
Ø Alat
Papan Mading.
Ø Bahan
Materi
bacaan berupa isu.
Kertas
warna-warni, pena, paku mading (mading).
Ø Persiapan Isu yang
Dibahas Melalui Mading Opini Kritikus
1. Isu
Yang Perlu Dibahas
Isu ini
sebaiknya adalah isu yang sedang berkembang saat ini dan semua peserta didik
mengetahui mengenai isu ini.
2. Pengumpulan
Data atau Informasi
Pengumpulan
disini dimaksudkan agar data yang didapat oleh kelompok adalah data yang valid,
maupun sesuai dengan yang sebenarnya. Sehingga, ketika isu ditampilkan di
mading, peserta didik ataupun pembaca mempunyai informasi yang sama dan proses
memberikan opini dapat berjalan baik.
Ø Langkah-Langkah Media Diskusi Melalui Mading
Opini Kritikus
1. Kelompok
akan menyediakan sebuah mading untuk membahas isu-isu yang sedang berkembang di
dunia saat ini.
2. Selain
itu, juga akan disediakan sebuah tempat di samping mading untuk tempat
kertas-kertas opini dan pena, dimana nantinya pembaca bisa menggunakan kertas
tersebut untuk menulis opini mereka. Kertas tersebut dilengkapi dengan bintang
di bawahnya yang nantinya apabila komentar sudah ditempel di mading, pembaca
lain bisa memberi tanda centang pada bintang apaila menurut pembaca opini tersebut
bagus.
3.
Setelah semua opini
telah ditempel dan diberi bintang oleh pembaca lain selama seminggu, kelompok
akan merangkum hasil kesimpulan diskusi dari setiap orang dan menempelkannya
dan berlaku seperti itu untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_learning
ANGGOTA KELOMPOK:
Kelompok 10
Livi
Yohana (121301002)
Muhammad
Saif (121301027)
Muhammad
Yusuf Lubis (121301028)
Riyan
Kurnia Aswari (121301060)
Kristy
Merlin (121301115)
Arif
Mubarakallah (121301122)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar